Jumat, 19 Desember 2014

Warning..!!


Written by Rauf Raphanus

Siapapun, kapanpun, dengan alasan apapun, jadikanlah Cutting mat mu sebagai Alas Potong. Fungsinya memang diciptakan seperti itu. Jangan jadikan Cutting mat sebagai Alas untuk nge-Lem.

Loh, kenapa ga boleh kena lem?
Karena Cutting mat yang sudah terkena lem, apalagi lem garis keras (Lem G, PowerGlue, lem tembak, dll) akan berkurang kemampuan Self healingnya.

Gimana ngebersihinnya?
Ya agak susah sih kalo di'kupas' satu-satu. Coba basuh pakai air hangat dengan sedikit sabun. Sedikit aja, jangan banyak-banyak sabunnya. Selain itu, coba bersihkan pakai Lakban hitam yang agak lebar. Gunanya untuk mengangkat serpihan-serpihan mata cutter kecil di permukaan cutting mat.

Kalo punya Cutting Mat tapi belum ada noda lem nya gimana?
Ya bagus. Jangan dinodain lah.

Gimana? Punya pengalaman cutting mat kesayangannya kena lem?

Jumat, 12 Desember 2014

Kisah Suami Istri Yang Mengharukan




Dalam versi novel kisah ini berjudul “Belenggu Cinta Suamiku” yang merupakan Kisah Suami Istri yang Mengharukan dan sangat inspiratif. Diharapkan, setelah membaca kisah cinta suami istri mengharukan ini menjadi inspirasi buat sahabat semua untuk menjadi suami istri yang baik, selalu setia dan mengerti serta memahami satu sama lainnya.


Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.